Seringkali kita bertemu dengan mereka yang terperangkap dengan was-was syaitan. Ianya berbagsi bentuk. Malah boleh dikatakan melucukan. Kita bersimpati dengan mereka. Bagi Pak Lang yg pernah mengalaminya - kasihilah mereka. Tolong dan bantu mereka untuk kembali menjadi manusia muslim yang normal!!! Jadi mari kita fahami apakah sebenarnya was-was itu?
Was-was adalah bisikan syaitan, dia berharap dengan bisikan tersebut orang jadi malas melakukan ibadah atau malah justeru meninggalkannya.
Ibnu Abbas RA berkata: “ Was-was adalah penyakit orang mukmin.”
Maka, dari ucapan beliau kita boleh menyimpulkan 2 hal:
1- Hanya orang mukmin yang akan terkena penyakit ini, maka jika anda mulai diganggu dengan bisikan-bisikan tersebut jangan larut dalam kesedihan apalagi putus asa. Justeru boleh bersyukur sebab ertinya anda adalah seorang mukmin. Kerana tentunya orang yang tidak ada iman di hatinya tidak akan peduli terhadap keabsahan ibadah apalagi kesempurnaannya.
2- Was-was itu penyakit dan selayak penyakit apapun bentuknya ia harus diubati. Memang betul bahawa ia adalah tanda keimanan tapi membiarkannya akan merosakkan ibadahmu dan menjadikan keimananmu tidak mampu meningkat akhirnya.
Bagaimana mengobatinya?
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nas
"Katakanlah aku berlindung kepada Tuhannya manusia (1) Pencipta manusia (2) Pemelihara manusia (3) Dari kejahatan bisikan syeitan yang suka bersembunyi (4) Dia berbisik dalam dada manusia (5) Dari golongan jin dan manusia (6)"
Dari ayat diatas kita boleh menyimpulkan bahawa was-was itu sumbernya dari syaitan dan Iman Ghazali dalam kitab Minhajnya mengatakan beberapa panduan untuk menghadapi kejahatan gangguan syaitan:
1- Lawan, jangan dengarkan apalagi ikuti.
Jika syaitan mengatakan bahawa kita belum takbir katakan padanya saya sudah melakukannya. Jika dia mengatakan engkau belum berniat katakan padanya niat itu tempatnya di hati dan tak ada yang tahu isi hati kita kecuali Allah, jika dia mengatakan pakaian kita kena najis katakan padanya aku tidak melihat ataupun menciumnya dan kita lebih percaya kepada mata dan hidung kita daripada percaya kepadanya iaitu Syaitan. Sebab syaitan meski terdengar semanis apapun bisikannya tak ada tujuan baginya kecuali menyesatkan kita.
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam haditsnya:
“Tatkala seseorang diantara kalian tengah duduk dalam solat, syaitan seringkali meniup di bahagian bawah tubuhnya (seolah ada angin (kentut) yang keluar darinya), Apabila terjadi yang demikian maka janganlah keluar dari solatnya kecuali jika telah benar-benar mencium baunya atau mendengar bunyinya“
Cobalah baca cerita dari kitab I 'Anatut tholibin susunan Abu bakar Syato di bab thoharoh di bawah ini:
“Suatu ketika seseorang datang kepada seorang alim ulama pakar tata bahasa arab yaitu Imam Ibnu Malik, dan dia berkata padanya:
“Wahai Imam, aku dengar bahwa seseorang tatkala pengetahuannya terhadap satu bidang ilmu telah seperti lautan berarti dia telah menguasai seluruh bidang ilmu yang lainnya, apakah itu benar?
Ibnu malik menjawab: “Ya, memang begitulah adanya, sebab ilmu itu saling berkait antara satu dengan lainnya.”
Penanya: “Engkau adalah seseorang yang pengetahuan agama dari segi tata bahasa arabnya telah kau kuasai dengan benar aku akan bertanya padamu tentang ilmu fiqih, selama ini di saat berwudhu aku seringkali merasa ragu-ragu apakah aku telah niat, atau membasuh muka sehingga aku mengulang wudhuku kembali, dan ketika aku solat aku seringkali ragu apakah aku sudah takbiratul ihram tadi atau apakah aku sudah membaca surah Alfatihah? Sehingga aku mengulang kembali solatku bahkan sampai berkali-kali. Menurutmu apa yang harus aku lakukan?”
Imam ibnu Malik : “Jadi engkau membasuh muka, membasuh tangan, mengusap kepala kemudian kamu merasa bahawa kamu belum membasuh muka? Atau kamu solat, takbir, membaca Alfatihah, ruku’ dan seterusnya kemudian di waktu sujud kamu merasa sepertinya kamu belum membaca surat Alfatihah?“
Penanya: “ Kira2 begitu”
Imam Ibnu Malik: “ Kalau begitu kamu boleh meninggalkan wudhu dan sholat, ia tidak wajib lagi atasmu”
Penanya: “Kenapa bisa begitu, imam?”
Imam Ibnu Malik: “Ya, sebab orang yang sudah takbir tapi merasa belum takbir, sudah berwudhu tapi merasa belum membasuh muka itu adalah orang yang tidak waras dan orang gila tidak lagi diwajibkan melakukan sholat”
Penanya: “ ???????....... ”
Sejak saat itu dia tidak pernah lagi mengikuti was-wasnya sebab dia tidak mau menjadi gila.
2- Ikutilah pendapat ulama yang berpendapat ringan dalam masalah tersebut.
Jika was-was yang dialami adalah dalam permasalahan fiqih seperti wudhu, solat, puasa dan lainnya maka sebaiknya ikutilah pendapat yang ringan dalam masalah tersebut. Sebab was-was yang merupakan penyakit hati. Pengubatannya sama dengan penyakit badan. Ia memerlukan sesuatu yang berlawanan dengan apa yang dia alami. Orang yang kena panas tinggi diubati dengan didinginkan badannya, dan yang kena kurang darah diberi suplemen penambah darah untuk menstabilkannya. Maka, jika seseorang was-was dalam masalah niat misalnya dia bisa mengikuti pendapat Imam Abu Hanifah yang mengatakan bahawa niat itu tidak wajib, maka mengingat pendapat yang berat dalam suatu permasalahan bagi orang yang was-was dalam masalah tersebut sama saja dengan menambahkan gula di makanan orang yang mengidap diabetes. .
Sila baca kisah dibawah ini:
Datang seseorang kepada seorang alim ulama terkemuka pada zamannya yaitu Habib Abdurrahman Al Masyhur (seorang Mufti Hadromaut sekaligus pengarang kitab Bughyatul Mustarsyidin). Orang ini mengadu kepada beliau atas penyakit was-wasnya terhadap najis yang sudah sangat mengganggu sehingga membuatnya selalu mengganti pakaian setiap akan mengerjakan solat kerana merasa bahawa pakaian yang dipakainya berkemungkinan terkena najis, dan kerana ada kemungkinan najis itu juga mengenai badannya maka dia memutuskan untuk mandi sebelum wudhunya.
Habib Abdurrahman tidak menjawab keluhannya akan tetapi mengajaknya menuju masjid. Tatkala azan berkumandang, beliau hanya menanyakan tentang satu hal:
“Kamu yakin bahawa saya adalah gurumu yang tidak akan memutuskan sesuatu kecuali dengan panduan ilmu?”
Orang itupun mengangguk dengan pasti.
Di tengah perjalanan mereka, mereka mendapati seekor kambing yang sedang mengeluarkan kotoran, orang itupun berusaha menjauh semampu yang mungkin, akan tetapi sang guru justeru menghentikan langkah dan malah menyuruhnya untuk mengambil kotoran tersebut dengan tangannya dan meletakkannya di saku baju yang sedang dipakainya itu, seraya berkata:
“Ada di antara ulama yang bermadzhab syafi’ie yang mengatakan bahawa kotoran dari binatang ternak yang boleh dimakan dagingnya adalah suci“
Orang itu menuruti ucapan gurunya meletakkan kotoran di sakunya dan berangkat solat dengan pakaian tersebut. Sejak hari itu sembuhlah penyakit was wasnya.
3- Mohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan syeitan.
Sebab hanya Dialah sumber kekuatan kita, dan tatkala hati kita mengingatNya itu adalah senjata terbesar untuk kita mengalahkan musuh manapun.
Nabi Muhammad SAW mengatakan tentang tafsir dari surat An-Nas ayat 4
(Dari kejahatan bisikan Syaitan yang suka bersembunyi):
" Syaitan bersembunyi tatkala seseorang mengingat Allah SWT dan dia akan menguasai tatkala orang tersebut lupa kepada Allah SWT "
Maka setiap was-was itu datang kembalikan hati mucdengan mengingat Allah dan mohonlah agar Dia menjagamu dari godaan syaitan. Kemudian lihatlah nanti bisikan-bisikan itu akan berkurang.
Jika tiga hal di atas ini selalu kita lakukan setiap kali was-was datang, insya Allah makin lama ianya akan berkurangan dan hilang. Kita akan kembali menjadi manusia normal.
0 ulasan:
Catat Ulasan