Social Icons

Ahad, 15 November 2015

Kenapa Berkat Itu Diperlukan?

Suatu hal yang selalu kita minta kepada Allah SWT dalam do’a adalah meminta keberkatan dalam hidup; umur yang berkat, usaha yang berkat, rezeki yang berkat dan sebagainya. 

Bahkan dalam bacaan tahiyyat solat fardhu lima waktu yang setiap hari kita lakukan, kita berdo’a untuk Nabi Muhammad Saw agar Allah Swt melimpahkan keberkatan kepada Baginda sebagaimana Allah telah memberkati Nabi Ibrahim As dan keluarganya (Allahumma bârik ‘ala Muhammad wa ‘ala âli Muhmmad kamâ bârakta ‘ala Ibrâmhîm wa ‘ala âli Ibrâhîm). 

Maka apakah berkat dan bagaimana mendapatkan keberkatan itu?

Kata “berkah, berkat atau barokah” yang kita biasa dengar berasal dari Bahasa Arab yakni “al-barakat / al-barkah” yang berasal dari akar kata “baraka”. Dari asal kata ini pula muncul istilah “al-mubârak dan tabâruk yang artinya juga berkat atau diberkati”. 

Ulama mengatakan  “al-barakah” menurut arti bahasa adalah “berkembang, bertambah dan kebahagiaan.” Menurut Imam аl-Nawawi dalam kitabnya “Syarah Shahih Muslim”, asal makna keberkatan ialah kebaikan yang banyak dan abadi. 

Sedangkan dalam kitab Riyadus Shalihin dijelaskan bahawa barokah adalah: “ziyadatul khair ‘ala al ghair” (sesuatu yang dapat menambah kebaikan kepada sesama insan). Adapun menurut istilah (syariat), berkat didefinisikan sebagai kebaikan berlimpah yang diberikan Allah pada siapa yang dikehendaki-Nya. Keberkatan yang merupakan pemberian dari Allah tersebut mungkin dalam bentuk zahir dan batin.

Dari makna bahasa dapat dikatakan bahawa “al barakah” memiliki pengertian dan pemahaman yang sangat luas dan agung. Sesuatu yang dikira ada keberkatan itu bilamana  ianya mendatangkan kebahagiaan, kebaikan, dan manfaat yang terus bertambah banyak pada orang lain. 

Dengan kata lain, jika sesuatu yang kita miliki, kebaikan dan manfaat yang ada padanya hanya bagi diri kita sendiri, sedangkan orang lain tidak, maka itu bermakna belumlah ada berkatnya. Ringkasnya, apa saja yang kita miliki boleh menjadi berkat atau kita boleh mendapat berkatnya kalau kita mahu berkongsii dengan orang lain.

Adapun bila ditinjau melalui dalil-dalil dalam al-Qur’аn dan аѕ-Sunnah, maka “al-barakah” memiliki makna dan perwujudan yang tidak jauh berbeda dari makna “al-barakah” dalam ilmu bahasa. Di dalam al-Qur’an, kata baraka dengan berbagai kata jadiannya (al-mubarak dan al-barakah) muncul sebanyak 31 kali. 

Diantaranya QS. al-Qaf: 9-11; “Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkati (banyak membawa kemanfaatan), lalu Kami tumbuhkan dengan air itu taman-taman dan biji-biji tanaman yang diketam. Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang memiliki mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Demikianlah terjadinya kebangkitan.” (QS. Qaaf: 9-11).

Bila keberkatan telah menyertai hujan yang turun dari langit, maka tanah yang tadinya gersang dan kering kontang, akan menjadi subur dan makmur, kemudian muncullah taman-taman indah, buah-buahan dan biji-bijian yang melimpah ruah. Sehingga negeri yang dikurniai Allah dengan hujan yang berkat, menjadi negeri aman makmur atau dalam istilah lain بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

Ayat di atas sesungguhnya berkaitan dengan kisah bangsa Saba’, yakni suatu negeri yang penduduknya beriman dan beramal saleh sehingga penuh dengan keberkatan. Betapa luar biasanya berkat yang melimpah ruah itu digambarkan ulama ahli tafsir bahawa, dahulu wanita kaum Saba’ tidak perlu untuk memetik buah-buahan kebun mereka. 

Untuk mengambil hasil kebunnya, mereka cukup membawa keranjang di atas kepalanya, lalu melintas di kebunnya, maka buah-buahan yang telah masak akan berjatuhan sehingga dapat memenuhi keranjangnya, tanpa perlu bersusah-payah memetik atau mendatangkan pekerja yang memetiknya.

Ibn Katsir dalam tafsirnya menyebut, bahawa dahulu di negeri Saba’ tidak ada lalat, nyamuk, kutu, atau serangga lainnya, yang demikian itu berkat udaranya yang bagus, cuacanya yang bersih, dan berkat kerahmatan Allah yang senantiasa meliputi mereka.

Pada ayat yang lain, istilah berkat dapat ditemukan dalam surat al-Dukhan ayat 3: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkati dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”.

Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Al Qur’an turun pada malam yang di”berkat”i (mubarakah). Kata mubarakah dalam ayat ini, dapat difahami dengan jelas jika dikaitkan dengan ayat-ayat lain yang berbicara mengenai masalah yang sama, misalnya ayat 1 surat al-Qadr. 

Dalam ayat terakhir ini, Allah menjelaskan bahwa al-Qur’an diturunkan pada malam Qadr. Pada malam Qadr itu, Allah memberikan nilai pahala yang berlipat ganda kepada orang yang melakukan ibadah. Nilai ibadah pada malam itu, lebih baik dari nilai ibadah pada seribu bulan lainnya.

Dengan mencari munasabah antara ayat-ayat seperti ini dapat difahami bahawa kata mubarakah dalam surat al-Dukhan ayat 2 merujuk kepada arti kebaikan Allah yang diberikan kepada orang-orang yang beribadah pada malam tersebut, yakni kebaikan yang berlipat ganda bila dibandingkan dengan pahala ibadah pada malam-malam lainnya.

Istilah Al-Qur’an dalam surat al-An’am ayat 92 ternyata juga disebut oleh Allah sebagai kitab suci yang di”berkat”i (kitab mubarak). Al-Qur’an disebut kitab yang di”berkat”i adalah kerana ia mengandungi ajaran-ajaran yang baik, yang datang dari Tuhan. Maksudnya, Kitab Suci al-Qur’an berisi kumpulan peraturan yang berbentuk perintah dan larangan Tuhan, yang kalau perintah itu dikerjakan dan larangan dihindari, seseorang akan mendapat kebaikan (berkat). 

Maka memburu berkat itu adalah inisiatif yang perlu dilakukan berterusan dalam hidup. Antara perkara yang mendatangkan berkat ialah dengan cara:
1)    Beriman dan bertaqwa 
2)    Mendapatkan rasa takut Allah dengan rasa yang takut setakut-takutnya.
3)    Mendapatkan rasa rindu serindu-rindunya dengan Nabi SAW serta para kekasih Allah
4)    Berjuang, berjihad, berkorban pada jalan Allah demi merealisasikan sistem hidup Islam.
5)    Menghayati solat lima waktu dengan khusyuk
6)    Menghidupkan malam dengan ibadah 
7)    Berkasih sayang sesama insan
8)    Bersedekah dan memberi infaq untuk golongan yang memerlukan
9)    Membina rasa hamba dan mengekalkannya di dalam hati
10)  Menjaga hal kebajikan anak buah atau orang-orang yang di pertanggung-jawabkan.
11)   Membangunkan usaha khidmat kepada masyarakat Islam - Fardhu Kifayah
dan lain-lain!!

0 ulasan:

Catat Ulasan

 

Sample text

Sample Text

Sample Text