Sejarah Islam merakamkan syahidnya bapa saudara Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Hamzah radhiyallahu'anhu sebagai peristiwa memilukan. Di perang Uhud, ujung tombak menembus dadanya. Hindun pemimpin golongan kaum kafir kegirangan kerana orang suruhannya berhasil melakukan tugas dengan baik dan berjanji menghadiahkan kebebasan bagi sang pembunuh yang adalah seorang budak. Wahsyi bin Harb namanya. Rasullah sallallahu'alaihi wasallam mengalirkan airmatanya yang suci atas peristiwa pedih yang menimpa pakciknya di jalan Allah itu.
Tentang Wahsyi bin Harb, Qaatilu Hamzah (pembunuh Hamzah) ini, Muhammad Yusuf al-Kandahlawi dalam kitab agung Hayatus Sohabah menuturkan kisahnya untuk kita.
Setelah Rasul dan kaum muslimin berhasil membebaskan kota Mekkah (Fathu Makkah), Rasul mulia sallallahu'alaihi wassalaam mengutus sahabatnya untuk menemui Wahsyi dan mengajaknya memeluk agama Allah. Wahsyi datang menemui Rasul dan berkata,
”Wahai Muhammad, bagaimana engkau mengajakku untuk berislam sedang engkau menyatakan bahwa sesungguhnya orang yang membunuh, musyrik atau berzina akan mendapatkan dosa besar dan siksanya akan dilipat gandakan di hari kiamat, dan ia kekal didalamnya dalam keadaan terhina, padahal aku ini melakukan semua itu? Maka adakah engkau menemukan celah keringan bagi diriku ini?”
Untuk pernyataan Wahsyi ini turun ayat Allah,
إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحاً فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
"Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal soleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
( Qs. Al-Furqan ayat 70)
Berkata kembali Wahsyi dengan nada mengeluh,
”Ya Muhammad Hadza Syarthun Syadid (Ini syarat yang amat berat). Aku takut kalau seandainya aku tidak mampu memenuhi syarat tersebut.”
Allah kemudian menurunkan ayat 48 surah an-Nisa’:
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظيِماً
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar
(Qs. Annisa’ ayat 48).
Wahsyi masih saja merasa khuwatir,
“Wahai Muhammad, ayat tadi menurutku berkenaan dengan kehendakNya sedang aku tidak mengerti apakah Tuhanmu akan mengampuniku atau tidak, Adakah ayat lain yang selain tadi?”
Maka kemudian turun lagi ayat al-Quran al-Karim:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(Qs Al-Zumar ayat 53 )
Baru kemudian Wahsyi menyatakan,
“Hadza Na’am (yang ini, iya aku menerima)" .
Ia memeluk agama Allah dan menjadi Muslim.
Orang-orang kemudian berkata,
“Sesungguhnya kita mengalami apa yang dialami oleh Wahsyi.”
Rasul sallallahu'alaihi wasallam menegaskan,
”Hiya lilmuslimina ‘ammah (hal itu untuk ummat Islam seluruhnya).”
Kisah ini menegaskan betapa pemurahnya Allah terhadap hamba- hambaNya.
Dalam hadith qudsi bahkan ditegaskan bahwa rintihan para pendosa yang bertaubat lebih disenangi Allah dari deru suara tasbih para hamba yang memujiNya. Pantaslah jika kasih sayang Allah jauh melampui amarahNya dan bahkan kasih sayangNya meliputi siapapaun saja hatta pendosa besar seperti Wahsyi.
Jikalau Wahsyi yang berlumur dosa besar dipanggil mesra oleh Allah untuk kembali pulang (taubat) kepangkuanNya, maka itupun pasti berlaku bagi kita semua.
Kita hampir memasuki awal Ramadhan ini marilah kita bersimpuh dihadapanNya, mengakui segala dosa dan hina diri untuk berjanji pulang dan mengubur semua nista itu untuk berharap pasti ampunan dan maafNya. Jika dosa-dosa yang membalut diri kita membuat kita menjadi ulat yang menjijikkan, semoga dengan taubat, ibadah dan amal soleh didalam bulan suci Ramadhan akan tiba ini, kita mampu merubah diri menjadi kupu-kupu indah di eidul fitri nanti.
Selamat kembali ke pangkuan Allah Ar-Rahman ar-Rahim.
Allahumma Ballighna Ramadhan.اللهم امين
Semoga bersama mendapat manfaat.
Selamat beramal dan beristiqomah.
0 ulasan:
Catat Ulasan