KH. Ahmad Tuhfah Nahrawi (Non Tuhfah Genggong)
-Sosok kiai muda mahir Astronomi
Sorang ulama’ yang masih belia pada era 50-an terkenal akan kemahirannya dibidang Astronomi, beliau juga merupakan salah satu santri kesayangan dari KH. Hasyim Asy’ari Tebu Ireng Jombang . Dilingkungan keluarga besarnya di pesantren Zainul Hasan Genggong, Beliu dikenal dengan panggilan “NON THUHFAH”. Nama lengkap nya adalah Ahmad Thuhfah Nahrawi , beliau dilahirkan pada tahun 1351 H/1931 M, Putra keenam dari sebelas bersaudara pasangan Kiai Ahmad Nahrawi dan Nyai Marfu’ah. Non Tuhfah merupakan cucu kesayangan Hadrotullmarhum Arif Billah KH. Mohammad Hasan Genggong, hal tersebut dapat terlihat dari perhatian dan kasih sayang kakek kepadanya.
Ke’aliman Non Tuhfah sudah terlihat sejak beliau berusia belasan tahun. Diusia yang masih belia , beliau telah menulis sejumlah kitab, diantara kita-kitab yang terkenal adalah:Kitab Tuhfatul Atfal tentang ilmu tajwid Al Qur’an yang beliau tulis sa’at usia 18 tahun, menginjak delapan puluh tahun beliau kembali menulis kitab Mirqotul Ulum Tuhfatulstaniyah Ringakasan dari kitab Alfiah Ibnu Malik dan Thuhfatul Karim yang membahas Qiro’atus Sab'ah.
Kitab–kitab tersebut Beliau susun antara tahun 1948 M hingga tahun 1951 M. Sangat menarik sosok dari Non Tuhfah, diusia muda Beliau telah mengarang beberapa kitab. Padahal semasa hidupnya Non thuhfah Hanya sekali saja nyantri pada kiai Hasyim Asy’ari di Tebu Ireng Jombang, hanya dengan kurun waktu satu minggu .Hal Ikhwal Dari proses Non Tuhfah menjadi Kiai pun terbilang unik, karena sang kiaialah yang meminta beliau untuk menjadi santrinya hal ini berbeda dari kebanyakan pemuda pada masa itu yang meminta sang Kiai untuk menjadi gurunya.
Selain kealiman beliu dibidang ilmu agama, Non Thuhfa juga terkenal mahir ilmu Perbintangan dan Antariksa . menrut sebuah pendapat, saat berkumpul dengan beberapa santri di pesantren Zainul Hasan Genggong, beberapa santri dibuat tercengang oleh kemahiran ilmu Astronomi Non Tuhfah. Beliau menunjukan kemahirannya dengan menyebutkan jumlah lidi yang terdapat pada dua sisi pelepah daun kelapa yang baru jatuh dari pohonnya tampa menghitungnya terlebih dahulu. Dengan hitungan ilmu perbintangan, sedikitpun hitungan beliau tidak meleset dari aslinya.
Disisi lain, sosok Kyai Ahmad Tuhfah Nahrawi sangat dekat dekat dengan kezuhudannya (lebih mengitamakan urusan akhirat dari pada dunia ).keistiqomahan beliau dalam beribadah semasa hiupnya tak dapat ditandingi para pemuda lainya. beliau terkenal atas keistiqomahannya membaca surah yasin sebanyak 40 kali setelah usai melaksanakan sholat maghrib hingga waktu sholat isya’ tiba. Selain ketawaddhu’an dan keikhlasannya, Non Tuhfa juga sangat tunduk dan patuh kepada kedua orang tuanya. Bahkan saat mendapatkan kesulitan ketika mengarang kitab, beliau langsung merangkak di bawah selangkangan kedua kaki Ibunya untuk meminta restu agar diberikan kemudahan daalam mengarang kitab.
Sang Penggagas Kemandirian
K.H.Ahmad Thuhfah Nahrawi belum pernah menikah semasa hidupnya, selain itu beliau terkenal disiplin dalam mengajar. Kedisiplinannya dalam belajar dan mengajar menjadi contoh para guru pada masa itu. dikalangan para santrinya beliau sangat terkenal sangat disiplin, gaya mengajar beliu khas adalah dengan selalu memberikan ujian secara lisan kepada para santri yang diajarinya. Ujian yang beliau berikan kepada para santri tidak tentu hari dan tanggalnya materinyapun selalu berubah-ubah hingga menharuskan para santri untuk selalu mengingat pelajarannya, baik pelajaran yang baru diberikannya maupun pelajaran yang telah lama di ajarkan.
Gagasan yang pernah dibuat beliau dibidang pendidikan Pesantren Zainul Hasan Genggong adalah dengan mengupayakan penggunaan kitab kitab asli karangan beliau sendiri dan beberap kitab dari pengasuh Pondok Genggong lainnya. Beliau mengupayakan kemandirian pada sektor pendidikan dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada di pesantren. gagasan beliaupun berjalan dengan baik, hingga beliau akhirnya wafat pada tanggal 14 Robi’us Tsani 1371 H./31 Desenber 1951 M.
Saat beliau wafat inilah begitu nanpak betapa besar kasih sayang sang Kakek Almarhum Alarifbillah KH. Mohammad Hasan Kepadanya. Diantara Putra dan cucu Almarhum KH. Mohammad Hasan, hanya saat Beliau wafat saja kakek beliau menangis melepas kepergiannya menuju Khaliq. beberapa waktu sebelum beliau wafat, Non Thuhfah sempat bercerita kepada kakeknya (Almarhum KH. Mohammad Hasan). Beliau menceritakan tentang mimpinya, bahwa matahari, bulan dan seluruh bintang dilangit turun kebumi dan bersujut kepadanya. Seketika kakek beliau menagis sembari memeluk beliau. Beberapa hari setelah menceritakan mimpinya kepada kakeknya beliau kemudian jatuh sakit dan wafat pada usia 20 tahun.
0 ulasan:
Catat Ulasan