Social Icons

Jumaat, 22 Januari 2016

Sakinah, Mawaddah, Mahabbah Dan Rahmah Dalam Rumah Tangga


Perkahwinan adalah sunnah Rasulullah SAW. Ikatan Perkahwinan mendorong pembinaan keluarga bahagia yang sangat mempengaruhi tujuan kehidupan setiap insan di dalam keluarga tersebut. Hala tuju kehidupan yang mencari keredhaan Allah itu diperkemaskan dari masa ke semasa dalam rumah tangga. 

Suami sebagai pemimpin mendidik dan mengasuh isteri dan anak-anak dengan penuh rasa tanggung jawab. Isteri pula membantu suami dengan taat dengan watak bidadari dan serikandi terpuji. Anak-anak terasuh dalam sistem hidup yang mengutamakan kehendak Allah dan Rasul dalam setiap persoalan. 

Demikianlah tujuan berkahwin sepertimana disebutkan dalam surat Ar-Rum, ayat 21, iaitu untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia. Itulah keluarga yang merasakan kebahagiaan lahir dan batin, keluarga yang sakinah dan sejahtera. 

Keluarga bahagia adalah keluarga yang rasa terhubung hati masing-masing Allah dan Rasul. Ianya adalah perasaan takut setakut-takutnya dengan Allah dan rasa rindu serindu-rindunya dengan Rasulullah SAW.

Itulah keluarga yang diliputi suasana damai, aman, tenteram, tertib, saling pengertian, tolong-menolong antara anggota keluarga melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. Firman Allah dalam ayat tersebut:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً 
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya : “Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” [Ar-Rum 21].

Dalam ayat ini terangkum pengertian cinta.


Pertama, Sakinah

Yaitu perasaan nyaman, cenderung, tenteram atau tenang kepada yang dicintai,

…لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا
Artinya : … supaya kamu merasa nyaman kepadanya.

Seperti orang yang penat dengan kesibukan dan kebisingan siang lalu menemukan kenyamanan dan ketenangan dalam kegelapan malam. Surat Yunus ayat 67 :

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
Artinya : “Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya (litaskunu fihi) dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar”.


Kedua, Mawaddah (مَوَدَّةً)

Dalam ayat :

…وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً…
Artinya : “…dan dijadikan-Nya di antaramu mawaddah…”.

Mawaddah adalah perasaan ingin bersatu atau bersama.

Imam As-Sayuthi رحمه الله (w. 911 H) dalam Tafsir Dur Mantsur (11/595) dari riwayat Ibn Al-Mundzir dan Ibn Abi Hatim, dari Al-Hasan rahimahullahu tentang firman Allah : “.. dan dijadikan-Nya di antaramu mawaddah”, beliau berkata, “al-jima”. Demikian pula menurut Mujahid dan Ikrimah, sebagaimana dituliskan Imam Ibn Hayan Al-Andalusi رحمه الله dalam Tafsir Al-Bahr Al-Muhyith (9/77) dan lainnya.

Dalam jima' (persetubuhan) memang secara lahir bisa terwujud kebersamaan, dengan suatu perjanjian yang terkuat iaitu nikah (Qs. an-Nisaa’ 21). Rasulullah SAW bersabda:

لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ
Artinya : “Tidak ada yang dapat dilihat (lebih indah / lebih baik oleh) orang-orang yang saling mencintai seperti halnya pernikahan”.

Al-Qur’an juga menegaskan hubungan antara mawaddah dan keinginan bersama,

وَلَئِنْ أَصَابَكُمْ فَضْلٌ مِنَ اللَّهِ لَيَقُولَنَّ كَأَنْ لَمْ تَكُنْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ مَوَدَّةٌ
 يَا لَيْتَنِي كُنْتُ مَعَهُمْ فَأَفُوزَ فَوْزًا عَظِيمًا
Artinya : “Dan sungguh jika kamu beroleh kurnia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia mengatakan seolah-olah belum pernah ada mawaddah antara kamu dengan dia: “Wahai, kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar (pula)” [An-Nissa 73].

Dalam surah Al-Ma’idah ayat 82-83, ada doa orang-orang yang telah memiliki mawadah:

رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
Artinya : “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian Muhammad SAW)”.


Ketiga, al-mahabbah (المحبة)

Al-Hafizh Ibn Katsir رحمه الله dalam Tafsirnya (6/309) tentang ayat, “…dan dijadikan-Nya di antaramu mawaddah…”. Beliau berkata, “(yaitu) al-mahabbah”. Seperti itu yang dikutip Imam Al-Qurthubi رحمه الله dalam Tafsir (14/17), dari perkataan Ibn Abbas radhiyallahu’anhu.

Ada yang mengertikan al-mahabbah, sebagai perasaan yang membuat buta untuk selain dia dan tuli bagi selain dia. Seperti dalam satu hadits :

حُبُّكَ الشَّىْءَ يُعْمِى وَيُصِمُّ
Ertinya: ‘Kecintaanmu kepada sesuatu membuat buta dan tuli’.


Keempat, rahmah

Dalam ayat diatas :

…وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
Artinya : “… dan dijadikan-Nya di antaramu mawaddah dan rahmah”.

Rahmah adalah kasih sayang dan kelembutan, timbul terutama kerana ada ikatan. Seperti cinta antara orang yang bertalian darah, cinta orang tua terhadap anaknya, atau sebaliknya. 

Inilah tafsiran Imam As-Sayuthi رحمه الله dalam Tafsir Dur Mantsur (11/595), riwayat Ibn Al-Mundzir dan Ibn Abi Hatim, dari Al-Hasan rahimahullau tentang firman Allah : “… dan rahmah”, Al-Hasan berkata, “al-walad (anak)”. Demikian pula menurut Mujahid dan Ikrimah, sebagaimana dituliskan Imam Ibn Hayan Al-Andalusi رحمه الله dalam Tafsir Al-Bahr Al-Muhyith (9/77) dan lainnya.

Al-Qur’an menyebut hubungan darah ini al-arham,

وَأُولُو الأرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ   فِي كِتَابِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya : Orang-orang yang mempunyai al-arham (hubungan darah) itu sebahagiannya lebih berhak terhadap sebahagiannya dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu [Al-Anfal 75].

Kata silaturrahim juga berasal dari pecahan kata ini, ertinya menyebarkan kebaikan yang benangnya adalah rahim ibu. Rasulullah SAW menyebutkan hubungan antara silaturahim dengan mahabbah, dalam sabdanya :

تَعَلَّمُوا مِنْ أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُونَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ
 فِي الْأَهْلِ مَثْرَاةٌ فِي الْمَالِ مَنْسَأَةٌ فِي الْأَثَرِ
Artinya : “Pelajarilah nasab kalian agar dapat menyambung saudara-saudara kalian. Sebab silaturahim adalah (sebab adanya) kecintaan (mahabbah) dalam keluarga, melancarkan harta dan bertambahnya umur”.


Kelima, ar-ra’fah (الرأفة)

Al-Hafizh Ibn Katsir رحمه الله (w. 774 H) dalam Tafsirnya (6/309) berkata, “… menjadikan diantara keduanya (suami dan istri) mawadah yaitu al-mahabah, dan rahmah yaitu ar-ra’fah ”.

ar-ra’fah adalah perasaan yang bisa mengalahkan norma-norma kebenaran. Sebagaimana diingatkan oleh Allah Ta’ala tentang hukuman bagi pezina:

…وَلا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ

“… dan janganlah ra’fah kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat [an-nur 2].


Keenam, asy-syafaqah (الشفقة)

Imam Al-Mawardi رحمه الله dalam Tafsir (3/315), berkata: “Sesungguhnya al-mawaddah (adalah) al-mahabbah, dan ar-rahmah (adalah) asy-syafaqah, berkata seperti itu As-Sa’di”.

Asy-syafaqah adalah rasa kasih sayang dan belas kasihan yang timbul kerana keadaan orang lain, atau kerana ada kesamaan keadaan yang ia temukan pada orang lain. Sebagaimana Imam Tirmidzi رحمه الله dalam Sunan (4/325) berkata:

باب ما جاء في شفقة المسلم على المسلم
Artinya : ‘Bab apa-apa yang datang dalam syafaqah (kasih sayang) antara muslim dengan muslim”,

Lalu beliau menyebut 3 hadits, diantaranya (no. 1927) “Muslim itu saudaranya muslim yang lain…”, dan hadits (1928), “Muslim itu seperti sebuah bangunan…”.

Kaum muslim saling mencintai sebab adanya kesamaan aqidah, mereka membangun wala (loyaliti) dan bara’ (permusuhan) berdasarkan itu.


Ketujuh, ayat-ayat Allah

Maksudnya cinta adalah sebahagian dari ayat-ayat Allah,

إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya : “… Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat ayat-ayat bagi kaum yang berfikir” [Ar-Rum 21].


Rumah merupakan tempat tinggal sesebuah keluarga. Di rumah itulah mereka beribadah berjemaah mendekatkan diri dengan Allah, di situlah mereka dapat menikmati senang dan susah, tempat istirahat bersama, tempat tidur, berteduh, makan-minum, tempat saling bertolong bantu, saling bertolak ansur, saling perlu memerlukan - menjadi tempat hiburan pada saat susah dan sebagainya.

Untuk itu pilihlah wanita pilihan atau lelaki pilihan untuk menjadi pembantu dan pendorong untuk bersama dalam melayari bahtera rumah tangga!! 

Ingatlah bahawa barang siapa mengahwini seseorang wanita kerana harta dan kecantikannya, nescaya Allah akan melenyapkan harta dan kecantikannya. Dan barang siapa yang mengahwini kerana kebangsawanannya, nescaya Allah tidak akan menambah kecuali kehinaan. Pilihlah bakal suami atau bakal isteri yang taat beragama nescaya besarlah keberuntungan yang akan diperolehi!!

0 ulasan:

Catat Ulasan

 

Sample text

Sample Text

Sample Text