Agama Islam yang telah kita akui, yang telah kita warisi itu sebenarnya cantik dan indah. Sebab itu kedatangan Rasul itu rahmatan lil alamin, karena diberi peraturan hidup yang disebut dinul Islam.
Kalau benar-benar dipahami, diamalkan dan diperjuangkan di semua bidang dan aspek secara kebulatan, bukan hanya di sudut tertentu maka sudah tentulah Islam itu akan membawa manusia berkasih sayang, menghubungkan silaturahim, mencantumkan ukhuwah, anak-anak akan taat pada ibu dan ayah, ibu ayah akan senantiasa memberi kasih pada anak-anak, isteri-isteri senantiasa patuh kepada suami selain kepada Allah dan Rasul, suami-suami senantiasa memberi simpati pada isteri-isterinya.
Kalau pemimpin dia akan dapat menjadi payung bagi seluruh masyarakat, dia akan dapat melakukan keadilan kepada seluruh rakyat. Kalau ulama akan menjadi obor, penasehat kepada seluruh peringkat masyarakat. Kalau orang kaya akan terdorong menjadi bank, sehingga tidak perlu lagi membangun bank Islam.
Selain itu Islam juga akan mendorong peniaga bertindak jujur dan perniagaan, orang miskin akan redha dalam kemiskinan, atau setidaknya sabar. Masyarakat akan bersih dari maksiat, krisis, kejahatan, perkelahian dan peperangan, hingga manusia hidup harmoni, berpadu, aman, damai, selamat dan bahagia.
Itu yang dikatakan Al Jannatul Ajilah, Syurga yang disegerakan di dunia sementara yang kemudian akan dihadiahkan kepada mereka yang mencetuskan keselamatan dan kebahagiaan itu Syurga Allah di Akhirat kelak.
Yang malangnya dalam pengalaman hidup kita selama ini, kita belum dapat merasakan Islam itu cantik dan indah, kita belum dapat merasakan ketenangan agama Islam, kebahagiaan agama Islam, merasakan kedamaian Islam, melihat suatu masyarakat yang bersih dari kemungkaran, kejahatan dan bersih dari segala bentuk krisis. Kita belum dapat merasakan kecantikan dan keindahan agama Islam.
Kenapa ? Karena sudah ratusan tahun setidak-tidaknya 700 tahun yang sudah sesudah jatuhnya kerajaan Islam di Timur Tengah, sejak itulah umat Islam seluruh dunia tidak mempelajari, memahami dan seterusnya memperjuangkan Islam itu secara kebulatan, secara keseluruhan, secara skup yang luas. Yang kita fahami hanya yang di sudut-sudut tertentu, di juzuk tertentu.
Sebagaimana yang diminta oleh Allah, masuklah Islam secara keseluruhan. Untuk mudah difahami, akan dibuat perbandingan Islam yang begitu cantik dan indah laksana sebuah istana dan mahligai yang cantik dan indah.
Kita tidak dapat merasakan kecantikan dan keindahannya, lebih-lebih lagi tidak akan dapat merasakan keselamatan dan kebahagiaan, kalau kita hanya mendengar cerita istana itu dari mulut orang, atau kita melihat istana itu dari jarak yang jauh, di dalam suasana yang samar-samar. Mungkin yang kita lihat dari jauh itu atapnya saja, mungkin yang kita lihat sebagian dinding istana, atau beberapa pohon yang berada di kawasan pekarangan istana. Mungkin yang kita lihat sebagian pagar istana.
Yang paling malang kalau kita terlihat dari jauh itu longkang (selokan) istana. Kalau ada orang yang pernah melihat istana dari dekat, bahkan sudah masuk kawasan istana luar dan dalam, kemudian ia berkata istana itu indah dan cantik bahkan rasa selamat, orang yang melihat dari jauh bahkan hanya melihat longkangnya saja pasti akan menafikan dan menolak.
Kalau kita hendak melihat istana itu cantik dan indah lebih-lebih lagi untuk merasakan tenang dan damai dalam istana itu, mesti kita lihat dari dekat, kemudian masuk, lihat luar dan dalam, jangan ada yang tak kita lihat. Waktu itu kita akan mengagumi istana bahkan rasa aman dan selamat, kita akan bertahan dan tidak ingin pergi dari istana itu, lupa segala-galanya.
Begitulah kalau kita ingin merasakan Islam itu cantik dan indah sejak di dunia dan kita hendak merasakan aman dan damai sejak di dunia, maka hendaknya kita pelajari, fahami dan kita amalkan, kemudian kita perjuangkan ajaran Islam itu secara keseluruhan, skop yang luas, bukan di aspek-aspek tertentu atau di juzuk tertentu seperti yang kita lakukan 700 tahun lamanya.
Kalau begitu akan digambarkan bagaimana bentuk ajaran Islam yang sempurna, yang lengkap, yang menyeluruh, secara kebulatan, secara ilmiah, hingga kita dapat melihat bagaimana rangka atau structure Islam itu secara keseluruhan. Kalau secara ilmiah orang dulu belajar Islam setidak-tidaknya 10 tahun bahkan ada yang 20-30 tahun mengaji Islam.
Tapi di sini akan diketengahkan jalan yang kedua, secara singkat, shortcut, dengan membuat perbandingan, bukan dari fikiran, menggambarkan melalui perbandingan yang berasal dari Allah, Allah ada membandingkan ajaran Islam yang sempurna itu dibandingkan dengan sebatang pohon yang lengkap.
Apakah engkau tidak lihat bagaimana Allah telah memperbandingkan kalimat Tayyibah dengan sebatang pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu memberikan buahnya setiap musim dengan izin Allah. Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
[ Q.S : Ibrahim 24-25 ]
Titik tolak berawal dari ucapan kalimat Tayyibah. Kalau ada orang berkata seorang pakar yang mampu menguraikan kalimat Tayyibah, keluar isi kandungan Al Qur'an dan Sunnah dari kalimat tersebut. Sebab itu Allah pilih siapa yang ingin masuk Islam melalui gerbang kalimat Tayyibah, secara otomatis dia mengaku akan membangukan Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Karena itu barang siapa yang mengucapkan lailahaillallah masuk Syurga, tapi bukan sekedar ucapan, di samping mengucapkan dapat memahami kehendaknya, dapat mengamalkan, juga memperjuangkan kehendaknya. Kalau hanya sekedar ucapan, terlalu mudah.
Jadi Allah telah menggambarkan ajaran Islam secara kebulatan itu laksana sebatang pohon yang rindang, yang akar tunjangnya benar-benar terhujam ke bumi dan pucuknya menjangkau langit, membuat pohon itu setiap masa dan ketika berbuah dengan izin Allah SWT.
Coba kita kaji tentang pohon yang sempurna dan rindang untuk membantu kita memahami ajaran Islam secara keseluruhan, tetapi secara ringkas, general dan secara umum. Pohon apapun kalau akar tunjangnya benar-benar terjunam ke bumi menjadikan pohon itu gagah, kuat, teguh, ketika datang angin ribut, angin kencang, pohon itu tidak akan jatuh, tidak akan tumbang.
Kalaupun ada yang jatuh, hanya daun-daun kering, ranting-ranting yang telah lama diatas yang hanya merusak pohon. Begitulah satu isyarat Allah kepada kita, orang yang benar-benar beriman, berjiwa Tauhid, roh Islamiah, dapat merasakan sampai peringkat hati. Tetapi banyak kita dengar ceramah-ceramah atau melalui berita di surat kabar, mari tegakkan fikrah islamiah. Itu satu kesalahan. Peringkat awal mungkin boleh fikrah Islamiah melalui bacaan dan pelajaran, tapi peringkat selanjutnya mesti dididik hingga berjiwa Islam.
Orang berjiwa Islam tak perlu terlalu banyak ilmunya. Walaupun sederhana ilmunya tapi sampai peringkat berjiwa Islam, imannya kuat, teguh, jadi sampai takut dengan Allah, gerun dengan Allah, cinta dengan Allah. Hati yang merasakan, bukan akal. Jadi orang yang benar-benar berjiwa Islam, tauhidnya benar-benar terjunam dalam hati. Orang yang imannya begitu teguh, walaupun diuji dengan berbagai-bagai ujian, baik diuji dengan nikmat maupun diuji dengan siksaan, imannya tidak akan tumbang, Islamnya tidak akan jatuh, akhlaknya tidak akan terabai.
Walaupun diserahkan dunia kepadanya, diberi pangkat besar, diberi mobil besar, rumah, tapi iman tidak akan tumbang. Bahkan makin bersyukur, makin halus akhlaknya. Walaupun diuji dengan penderitaan, walau papa kedana, makin kuat imannya, Islamnya tidak akan terabai, budi bertambah halus, akhlak bertambah kuat.
Tetapi kalau iman belum bertunjang dalam hati, baru berpikiran Islam, diuji dengan sedikit ujian, Islamnya runtuh, imannya roboh. Sedikit sakit, sudah tidak shalat, kalaupun shalat sudah tak khusyuk.
Pohon yang sempurna, kalau dapat difahami akan membantu kita memahami Islam secara lengkap. Pohon yang lengkap yang rindang, yang sempurna, terdiri dari :
Akar tunjang
Batang
Dahan-dahan besar, dahan-dahan kecil
Ranting-rantingnya banyak
Daunnya banyak
Bunganya banyak
Buahnya banyak
Ada isi buah dan ada rasa isi buah
Rasa isi buah itu adalah soal hakikat, maknawi, abstrak, tidak dapat disyarahkan. Kalaupun ada yang mendapatkan rasa hati yang Allah karuniakan kepada hamba-hambaNya yang dia pilih, yang telah dicabut sifat-sifat mazmumah, hingga membuat hati orang itu tenang dan bahagia, walapun menderita, miskin dan sakit. Terlebih lagi bila dia kaya, itu yang dikatakan Syurga dunia. Syurga yang disegerakan. Apakah dapat diceritakan ?
Bila orang itu meninggal maka rohnya akan diarak oleh kekasih-kekasih Allah dan para malaikat. Dia redha kepada Allah dan Allah redha kepadanya. Sebab itu ada ulama yang mengatakan, orang yang jiwanya tidak selamat di dunia, tidak dapat kebahagiaan di Akhirat.
Begitulah ajaran Islam, ada yang berkedudukan seperti akar tunjuang, batang, daun, dahan, bunga, buah, isi buah dan rasa isi buah. Persoalan Iman (aqidah) seperti mempelajari, memahami dan meyakini rukun Iman yang 6. itu soal aqidah, yang ada dalam ajaran Islam, itu baru akar tunjang.
Rukun Islam yang lima yang terpentingnya shalat, hingga Rasulullah SAW bersabda, barang siapa meninggalkan shalat, nyata dia kafir. Shalat kalau laksana pohon tadi, itulah batang. Rukun Islam yang lain kalau nisbah kepada pohon tadi, itulah dahan-dahan besar. Sedangkan fardhu kifayah yang banyak kita dapati dalam ajaran Islam itulah dia dahan-dahan kecil.
Walaupun yang kita tahu selama ini hanya 2, sebab 2 hal itu saja yang disyarahkan kepada umat, yaitu shalat fardhu berjamaah dan menyelenggarakan mayat. Kita tidak faham menegakkan pendidikan secara Islam itu fardhu kifayah, kita tidak faham menegakkan amrun bil makruf wa nahyun anil mungkar itu fardhu kifayah, kita tidak faham jihad itu fardhu kifayah, kita tak faham menegakkan ekonomi secara Islam itu fardhu kifayah. Kita tidak faham menegakkan negara Islam itu fardhu kifayah.
Begitulah banyaknya fardhu kifayah sampai peringkat antar bangsa. Dahan-dahan kecil lebih banyak daripada dahan-dahan besar. Perkara-perkara yang sunat, baik yang muakkad maupun yang ghairu muakkad, termasuk perkara yang mubah, boleh kita jadikan ibadah, dengan syarat menempuh 5 syarat. Ibadah furu' ini lebih banyak lagi dari ibadah pokok. Itulah ranting-ranting, daun-daun dan bunga-bunga. Buah belum ada lagi. Buah Islam kalau nisbah kepada pohon, itulah dia akhlak yang baik, budi pekerti yang baik, khusnul khuluq.
Jadi baru kita faham, ibadah yang fardhu ain, fardhu kifayah, sunat muakkad, ghairu muakkad dan yang mubah itu adalah untuk membuahkan akhlak yang baik sebagai tujuan. Buah Iman dan Islam adalah akhlak, buah ibadah adalah akhlak. Jadi kalau orang menegakkan ibbadah, dengan tujuan untuk melahirkan buah akhlak, supaya akhlak jadi pakaian kita, akhlak itu nilai diri manusia.
Kalau begitu seorang itu ibadahnya walau banyak sekalipun tapi tidak dapat melahirkan buah akhlak, maka ibadah orang itu tidak ada nilai di sisi Allah, nilainya rendah. Tetapi walaupun hanya ibadah yang fardhu tapi dapat melahirkan buah akhlak lebih baik dari ibadah yang banyak tapi tidak dapat melahirkan buah akhlak. Jadi kalau orang yang menanam pohon rambutan tapi tak ada buah rambutan, senasib dengan orang yang tidak menanam pohon rambutan. Mungkin ada sedikit faedahnya bila pohon rambutan tak berbuah, yaitu dahannya dan rantingnya dapat boleh jadi kayu api.
Sebab itu orang yang menegakkan amal ibadah walaupun banyak, tapi tidak berakhlak tidak dinilai oleh Allah SWT. Ada 2 cerita dalam Hadist Rasulullah SAW :
Pernah Rasulullah SAW berkumpul bersama dengan para sahabat, kemudian Rasulullah berkata, saya memiliki seorang tetangga wanita, dia berpuasa siang harinya dan di malam harinya shalat tahajjud, tetapi ia ahli Neraka. Sahabat bertanya, bagaimana wanita itu ya Rasulullah, jawab baginda Rasulullah SAW, wanita itu selalu menyakiti tetangga dengan lidahnya. (Tidak ada kebaikan lagi baginya) dia adalah ahli Neraka. Kenapa ? Sebab ibadah tak berbuah. Jadi orang yang menyakiti orang lain, ibadahnya tidak melahirkan akhlak.
Sementara itu, satu hari Rasulullah SAW bercerita di hadapan sahabat, tidak lama lagi akan datang seseorang di majlis ini, dia ahli Syurga. Kalau Rasulullah SAW berkata, dia itu ahli Syurga, maka itu pasti ahli Syurga. Jadi sahabat menunggu siapa yang akan datang. Tak lama kemudian datang seseorang.
Sahabat banyak yang tidak kenal. Setelah kuliah, sahabat ada yang ingin mengambil perhatian, apa amalannya sampai Rasulullah sebut dia ahli Syurga. Sahabat itu mengikuti sampai ke rumah dan meminta izin untuk bermalam. Sahabat ingin melihat apa amalannya hingga Rasulullah sebut ahli Syurga. Jadi setelah diikuti sepanjang malam, tidak ada yang istimewa, shalat sunat tak dibuat, tahajud pun tak dibuat.
Lepas subuh sahabat bertanya, waktu kuliah semalam Rasulullah berkata, sebelum saudara datang, sebentar lagi akan datang soernag ahli Syurga. Saya ingin tanya apa amalan saudara, sampai dapat dikatakan ahli Syurga. Jawab orang itu, saya dalam seumur hidup bukan saja tidak ada hasad dengki dengan orang, niat untuk hasad dengki pun tidak ada. Jadi ibadah yang sedikit berbuah. Orang yang tidak ada hasad dengki adalah orang yang akhlaknya tinggi.
Rupanya sahabat tadi walaupun ibadahnya sederhana, tapi ibadahnya berbuah, tetapi wanita tadi walaupun ibadahnya banyak tapi tidak berbuah, tidak berakhlak, menjadi penghuni Neraka.
Jadi akhlak adalah buah ibadah, kalau orang beribadah tak dapat akhlak yang mulia maka ibadahnya tidak ada nilai di sisi Allah. Tapi jangan sampai sama sekali tak beribadah, yang penting berakhlak. Sahabat yang kita ceritakan tadi, ibadah asas tak tinggal.
Jangan sampai tertinggal ibadah asas. Kalau kita semua dapat membuat ibadah asas, yang sunat tak dapat buat tak apa, tapi dapat berakhlak, itu lebih besar nilainya daripada sahabat yang ibadahnya kuat tetapi tidak berakhlak. Ibadah asas mesti dibuat. Jangan sampai keliru, tak buat shalat, tak kerjakan puasa, pokoknya berakhlak.
Akhlak terbagi 2 :
" Akhlak kepada Allah
" Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada Allah :
Allah uji dengan sakit dan miskin, kita sabar. Jadi kalau orang itu diuji oleh Allah, dia tidak sabar, sebenarnya dia kurang ajar dengan Allah.
Kalau Allah tentukan suatu ketentuan kepada kita, kita mencari rezeki tapi dapat sedikit mesti redha. Sudah belajar sungguh-sungguh tapi tak lulus, mesti redha. Ingin jadi kaya, tapi Allah tentukan miskin juga, mesti redha. Redha menerima ketentuan dari Allah, itu akhlak. Jadi kalau orang tak redha dengan ketentuan Allah artinya orang itu kurang ajar, biadab dengan Allah.
Merasa takut, gerun, cinta, malu, rasa selalu diawasi itu adalah akhlak kepada Allah. Kalau orang senantiasa terasa Allah mengawasi dia, malu kepada Allah, malu untuk buat jahat.
Akhlak kita kepada sesama manusia :
Lemah lembut
Pemurah
Kasih sayang
Tidak ada hasad dengki dengan orang, tidak pendendam, tidak pemarah, itu akhlak.
Kita beribadah untuk melahirkan akhlak. Jadi akhlak dalam ajaran Islam kalau dinisbahkan sebatang pohon untuk merupakan buah.
Kalau seorang itu hanya dapat menegakkan aqidah dalam dirinya, tapi tidak berbuat, tidak melaksanakan atau orang hanya sekedar beraqidah tapi tidak melaksanakan perintah Allah, kalau dinisbahkan pohon adalah pohon yang baru ada akar tunjang.
Belum dapat bermanfaat kepada kita. Setelah beraqidah, ada yang shalat saja, zakat dan puasa tak buat, fardhu kifayah tak buat, kalau nisbah kepada pohon tadi, pohon yang hanya ada akar tunjang dan batang, belum sempurna juga. Ada yang rukun Islamnya beres, fardhu kifayah tak buat, ibadah sunat tak buat dan seterusnya, orang yang seperti itu ibarat pohon yang belum sempurna.
Sebagian orang dapat melaksanakan perkara sunat walaupun tak penuh, yang mubah dapat sedikit banyak dijadikan ibadah, orang yang seperti itu kalau ibarat pohon, sudah ada sedikit daun, sedikit bunga, tapi buah belum ada. Kalau sudah memiliki beberapa akhlak yang baik dalam Islam, kalau dinisbahkan pohon maka sudah ada buah. Pohon itu sudah sempurna, sudah lengkap, hanya saja belum rimbun dan belum subur.
Kalau umat Islam itu dapat menegakkan Islam menurut gambaran yang akhir secara mayoritas, tentu umat Islam sudah ada kekuatan. Perpaduan, kemajuan, tamadun sudah dibangunkan, syiar sudah nampak di mana-mana.
Terlebih lagi yang paling sempurna, lebih-lebih secara sempurna. Secara sempurna, pohon yang sudah rindang, sudah rimbun, bila kita lihat menarik hati dan indah. Sejuk hati kita, semua orang senang. Siapa saja berteduh di bawahnya pohon itu dapat melindungi dari panas matahari. Pohon itu dapat memberi khidmat kepada semua orang yang mendekat, semua orang suka datang, suka berteduh, bukan hanya manusia bahkan burung-burung pun menjadikannya tempat bermain.
Kalau Islam laksana pohon yang sempurna itu dapat ditegakkan oleh mayoritas umat Islam barulah umat Islam ini gagah, berpadu, menjadi payung, bukan saja memayungi umat Islam bahkan yang bukan Islam pun layak duduk di bawah payung umat Islam. Waktu itu umat Islam akan dibagi kekuasaan sebagaimana zaman gemilangnya dahulu.
Dunia ini akan diserahkan kuasa. Tak perlu dakwah banyak-banyak, orang lihat gambaran Islam begitu cantik, berpadu, berkasih sayang, bersih dari kejahatan, dengan sendirinya orang bukan Islam akan berbondong-bondong masuk Islam, terasa masyarakat cantik dan indah.
Tetapi kalau kita bawa kepada diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, negara kita, orang Islam seluruh dunia saat ini, amalan mereka kalau kita selaraskan dengan Islam, sebagian hanya aqidah saja, sebagiannya selain beraqidah hanya shalat saja, sebagian yang lain, selain beraqidah, shalat, hanya menegakkan rukun Islam yang 5 saja, fardhu kifayah tak buat.
Paling tidak setelah beraqidah, tegakkan rukun Islam yang 5, dapat buat 2-3 fardhu kifayah, sedikit-sedikit sunat, dapat menjadikan 2-3 hal yang mubah menjadi ibadah. Itupun golongan yang minoritas. Kadang-kadang itupun sudah membuat gempar dan heboh orang, orang anggap dia sudah ekstrim, berbuat lebih dari Rasulullah SAW. Padahal belum sempurna tapi karena banyak yang tak buat, mereka terkejut, seolah-olah sudah melampaui batas.
Hal itu terjadi karena kita selama ini mengamalkan Islam tidak sebagaimana rindangnya pohon, tidak selengkap sebatang pohon. Sebab itu sejak di dunia kita tak terasa dapat kemananan dengan Islam, tidak terasa Islam itu cantik dan indah, tidak dapat berpadu dengan Islam, tidak dapat berkasih sayang dengan Islam, tidak dapat kita tegakkan ukhuwah Islamiah dengan ajaran Islam.
Masyarakat kita penuh dengan kejahatan, tak ada beda dengan yang bukan Islam. Akhirnya umat Islam hina di mana-mana, sebab Allah telah memberitahu :
Apakah kamu percaya setengah isi kitab, setengah tak percaya, maksudnya Al Qur'an dan sunnah. Tidak ada orang yang bersifat demikian melainkan hina hidup di muka bumi. Kalau sifat ini kita pusakai samapi masuk kubur, di Akhirat akan Allah campakkan ke dalam Neraka yang Maha dahsyat azabnya, yang Maha hebat siksanya. Allah tidak lalai terhadap apa yang kamu buat. Sebagaimana firman Allah yang artinya :
"Siapa yang membuat kebaikan walaupun sebesar habuk akan dilihat dan barang siapa yang membuat kejahatan walaupun sebesar habuk akan dilihat"
Kalau ajaran Islam itu kita ambil setengah-setengah maka akan hina di dunia, Neraka di Akhirat. Hina di mana-mana, Neraka di Akhirat. Itu jaminan dari Allah. Allah Maha Suci dari dosa, kata-kata Allah adalah Maha Benar. Setelah kita tidak melaksanakan dan memperjuangkan amalan Islam itu secara kebulatan, maka kita telah jadi hina dimana-mana, kalah dimana-mana.
Misalnya kehinaan di dunia, dalam bidang pendidikan, berapa banyak yang telah mendidik anak secara Islam, padahal pengikut pendidikan Islam yang utama adalah anak-anak. Dalam hadist yang artinya :
"Hendaklah kamu perintahkan anak-anak kamu shalat ketika telah sampai berumur 7 tahun. Ketika sudah sampai 10 tahun tak juga shalat, tak mau juga, boleh pukul tapi yang tidak mencacatkan"
Shalat itu tiang agama yang penting setelah rukun Iman, artinya kalau kita ingin mendidik anak-anak kita mulai dari kecil walau untuk hal-hal yang sunat sekalipun, adakah sistem pendidikan ini kita buat, sejak kecil sudah kenalkan shalat, sudah ajar bersuci, sudah kenalkan air, sudah kenalkan najis, sudah ajarkan mana yang halal, mana yang tidak, ajarkan hukum-hukum.
Anak-anak mubaligh pun tak buat, anak-anak ustaz-ustaz pun tak buat. Tapi kalau tak lulus ujian kita rotan. Itu sudah terbalik. Akibat kita lalai mendidik anak-anak kita dengan sistem pendidikan Islam, apa yang terjadi ? Anak-anak bukan saja tak kenal Allah, ibu ayah pun tak hormat. Anak-anak kita kalau pergi dan pulang sekolah tak pernah ucapkan salam, mendoakan ibu dan ayah.
Setelah besar, ibu jadi kuli, anak jadi tuan. Anak-anak gadis yang dididik tidak secara Islam, dengan kelulusan sedikit, dapat kerja di pabrik saja, gaji kecil. Sampai ke rumah cekak pinggang, perintah ini itu kepada ibu, ini tanda alamat kiamat. Malas menyajikan makan minum kepada ibu dan ayah, lebih senang berkhidmat pada bos di pabrik daripada kepada ibu dan ayah. Itulah hina di dunia.
Begitu juga kita tak anggap membangun klinik dan rumah sakit secara Islam itu fardhu kifayah. Sistemnya secara sistem Islam. Kalau isteri akan bersalin, dokter laki-laki, tentu hina, tapi kita tak terasa hina, karena hati telah hitam. Padahal orang yang dayus tak masuk Syurga.
Hati ditempa dengan makan-minum, bila makan minum haram dan syubhat menghitamkan hati. Bila hati hitam, hati keras, sudah nampak kebenaran tapi berat untuk menegakkan shalat, berat berpuasa, malas berjuang, sebab hati hitam. Tetapi dengan maksiat hati sudah senang.
Pada hari ini kita lihat perjuangkan Islam banyak yang hanya menggunakan kekuatan lahir. Padahal Allah memenangkan umat Islam berdasarkan taqwa, orang kafir dengan quwwah. Pada hari ini kekuatan tak ada, taqwa pun tak ada. Sebab itu hina di mana-mana. Orang Islam bukan saja hina di dunia dan di Akhirat. Kalau bertaqwa baru dapat keselamatan dunia dan di Akhirat.
Karena itu seluruh aspek mesti diperjuangkan untuk keselamatan kita. Karena itu mestilah kita mempelajari, mengamalkan dan memperjuangkan ajaran Islam secara kebulatan.
0 ulasan:
Catat Ulasan