Social Icons

Rabu, 25 Disember 2013

Kisah Menarik Yang Diceritakan Oleh Rasulullah SAW. Tentang Pejuang Kebenaran!

Berpegang dengan kebenaran merupakan satu ujian yang berat kerana itulah sifat kebenaran yang akan dihujani dengan pelbagai ujian. Tuhanlah yang melakukannya sesuai dengan apa yang dinyatakanNya di dalam Al-Quran seperti ayat-ayat berikut;

1)  "Adakah patut kamu menyangka bahawa kamu akan masuk syurga, padahal belum sampai kepada kamu (ujian dan cubaan) seperti yang telah berlaku kepada orang-orang yang terdahulu daripada kamu? Mereka telah ditimpa kepapaan (kemusnahan hartabenda) dan serangan penyakit, serta digoncangkan (oleh ancaman bahaya musuh), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman yang ada bersamanya: Bilakah (datangnya) pertolongan Allah?" Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat (asalkan kamu bersabar dan berpegang teguh kepada ugama Allah)."
(Al-Baqarah: 214)

2)   "Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji org2 yg sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui org2 yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg dusta." (Al-Ankabut: 2-3)

3)    "Dan demi sesungguhnya! Kami tetap menguji kamu (wahai orang-orang yang mengaku beriman) sehingga ternyata pengetahuan Kami tentang adanya orang-orang yang berjuang dari kalangan kamu dan orang-orang yang sabar (dalam menjalankan perintah Kami); dan (sehingga) Kami dapat mengesahkan (benar atau tidaknya) berita-berita tentang keadaan kamu." (Muhammad: 31)

4)  "Tidak ada kesusahan (atau bala bencana) yang menimpa (seseorang) melainkan dengan izin Allah; dan sesiapa yang beriman kepada Allah, Allah akan memimpin hatinya (untuk menerima apa yang telah berlaku itu dengan tenang dan sabar); dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu." (at-Taghaabun: 11)

5)   "Dan janganlah engkau menujukan pandangan kedua matamu dengan keinginan kepada apa yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka yang kafir itu menikmatinya, yang merupakan keindahan kehidupan dunia ini, untuk Kami menguji mereka padanya; sedang limpah kurnia Tuhanmu di akhirat lebih baik dan lebih kekal."
(Taha: 131)

6)      "Sesungguhnya Tuhanmu tetap mengawas dan membalas, (terutama balasan akhirat)
(Dalam pada itu manusia tidak menghiraukan balasan akhirat), oleh yang demikian, maka kebanyakan manusia apabila diuji oleh Tuhannya dengan dimuliakan dan dimewahkan hidupnya, (ia tidak mahu bersyukur tetapi terus bersikap takbur) serta berkata dengan sombongnya: "Tuhanku telah memuliakan daku!" Dan sebaliknya apabila ia diuji oleh Tuhannya, dengan disempitkan rezekinya, (ia tidak bersabar bahkan ia resah gelisah) serta merepek dengan katanya: "Tuhanku telah menghinakan daku!" Jangan demikian, (sebenarnya kata-kata kamu itu salah). Bahkan (perbuatan kamu wahai orang-orang yang hidup mewah, lebih salah lagi kerana) kamu tidak memuliakan anak yatim, (malah kamu menahan apa yang Ia berhak menerimanya)." (Al-Fajr: 14-17)

7)     "Maka apabila manusia disentuh oleh sesuatu bahaya, ia segera berdoa kepada Kami; kemudian apabila Kami memberikannya sesuatu nikmat (sebagai kurnia) dari Kami, berkatalah ia (dengan sombongnya): "Aku diberikan nikmat ini hanyalah disebabkan pengetahuan dan kepandaian yang ada padaku". (Tidaklah benar apa yang dikatakannya itu) bahkan pemberian nikmat yang tersebut adalah ujian (adakah ia bersyukur atau sebaliknya), akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (hakikat itu)." (Az-Zumar: 49)

Bacalah kisah pejuang kebenaran zaman dahulu seperti yang dikisahkan oleh Baginda Nabi SAW. Kisah ini disampaikan oleh Baginda Nabi SAW untuk memberi dorongan semangat juang yang tidak akan tunduk melainkan kalimah Allah tertegak di atas muka bumi. Kisah ini juga menggambarkan betapa bantuan Tuhan serta keajaiban dari langit sentiasa mengiringi para pejuangNya. Jika mereka sanggup memberi segala-galanya untuk Allah, maka Allah pasti ada cara membela dan menyelamatkan mereka - di dunia dan di akhirat. BACALAH!!

Dari Shuhaib ar-Rumi r.a.mengatakan bahawa Rasulullah saw. pernah bersabda:

“Pada zaman dahulu sebelum kamu semua hidup, ada seorang raja yang mempunyai seorang tukang sihir. Tatkala tukang sihir tersebut telah lanjut usianya, ia pun mengadap Raja lalu mengadu kepadanya: “Sesungguhnya saya telah tua, kirimkanlah kepadaku seorang pemuda, agar aku dapat ajarkan kepadanya ilmu sihir yang ada padaku”.

Maka di utuslah kepadanya seorang pemuda untuk di ajari sihir. Tatkala pemuda tersebut pergi ke tempat tukang sihir ia melewati tempat tinggal seorang rahib. Maka pemuda itu pun duduk di situ sejenak untuk mendengarkan ucapannya dan iapun merasa takjub dengan pengajaran sang rahib mengkhabarkan padanya tentang keesaan Allah yang maha mencipta. Dan setiap kali ia pergi ke tempat tukang sihir, ia selalu melewati rahib tersebut dan singgah untuk berada di situ bagi mengikuti ajaran sirahib. Maka tatkala ia terlambat sampai ketempat tukang sihir ia pun dipukul.

Pemuda tersebut mengadukan kejadian itu kepada sang rahib, maka ia berkata padanya: “Jika engkau merasa takut kepada tukang sihir (karena terlambat datang), maka katakan padanya, keluargaku telah menyibukkan diriku. Dan bila engkau merasa takut kepada keluargamu, maka katakan pada mereka bahawa tukang sihir itu telah menahanku”.

Pada suatu ketika, di tengah perjalanan ia mendapati ada seekor binatang yang sangat besar dan menghalangi jalan manusia, lalu ia bergumam sendirian dalam hati: “Pada hari ini akan saya buktikan, siapakah yang benar, tukang sihir ataukah rahib? Lalu ia mengambil sebongkah batu sambil mengucapkan: “Ya Allah, kalau sekiranya ajaran sang rahib lebih Engkau cintai daripada ajaran tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini, sehingga manusia ramai boleh meneruskan perjalanannya”. Kemudian ia pun melempari binatang tersebut dengan batu itu, sehingga binatang itu pun mati, akhirnya manusia boleh melewatinya. Lantas cepat-cepat ia mendatangi rahib lalu menceritakan semua kejadian itu.

Sang rahib mengatakan kepadanya: “Duhai anakku, engkau telah menjadi lebih baik daripadaku. Engkau telah sampai pada tingkatan seperti yang kamu lihat. Yakinlah bahawa akan sampai waktunya nanti kamu pasti akan mendapat cubaan, jika engkau di uji maka jangan beritahu apa-apa tentang diriku”.

Pemuda tersebut mampu menyembuhkan orang yang tuli dan buta serta mengobati segala macam penyakit. Sampai terdengarlah berita tersebut oleh seorang pembesar kerajaan yang biasa hadir di majlis sang raja. Pembesar ini adalah seorang insan yang buta. Maka pembesar ini pun mendatangi pemuda yang mampu mengobat buta dengan membawa berbagai macam hadiah, lalu diletakkan di hadapannya seraya berkata: “Ini semua saya kumpulkan sebagai hadiah untukmu kalau kamu mampu menyembuhkan penyakitku”.

Pemuda tersebut menjawab: “Sebenarnya saya tidak mampu menyembuhkan penyakit seorangpun namun hanya Allah-lah yang menyembuhkan. Wahai tuan, jika tuan mahu beriman kepada Allah SWT., maka akan saya do’akan supaya tuan di sembuhkan dari penyakit tuan. Inilah saya ikhtiar yang mampu saya lakukan untuk tuan”. Maka pembesar itu pun beriman kepada Allah Ta’ala, sehingga Allah SWT. akhirnya menyembuhkan penyakitnya.

Keesokan harinya pembesar itu pun datang mengadap raja tersebut sebagaimana biasa. Raja tersebut keheranan sambil bertanya: “Siapakah gerangan orang yang telah mengembalikan penglihatanmu? Ia menjawab: “Rabbku”. Raja itu menjadi geram, lalu bertanya: “Apakah kamu mempunyai Rabb selain diriku? Dengan penuh yakin, pembesar ini meneguhkan kata-katanya, “Rabbku dan Rabbmu adalah sama yaitu Allah SWT.“.

Raja tersebut marah lalu menghukum dan menyiksanya sampai akhirnya orang itu mengaku dan memberitahu tentang pemuda tersebut. Maka di datangkanlah pemuda tersebut di hadapannya. Raja pun berkata kepadanya: “Wahai anakku! Sungguh ilmu sihirmu telah mencapai tingkatan yang tinggi. Kamu telah mampu menyembuhkan orang yang buta dan tuli, serta berbuat ini dan itu”.

Pemuda itu menjawab: “Saya tidak mampu menyembuhkan siapapun, saya hanyalah hambaNya. namun Dialah Allah tuhanku yang maha kuasa yang telah menyembuhkan mereka“. Raja itupun marah, kemudian ia pun menghukum serta menyiksa pemuda itu dengan berbagai siksaan. Akhirnya pemuda tersebut terpaksa memberi tahu siapa dirinya yang sebenar dan dengan siapa dia belajar. Dinyatakan juga siapakah dan dimanakah tempat tinggal sang rahib.

Maka di datangkanlah sang rahib ke hadapan raja. Lalu di katakan padanya: “Kembalilah dari agamamu”. Sang rahib tetap menolaknya. Lalu di perintahkan supaya di ambilkan gergaji dari besi, lantas gergaji itu di letakkan tepat di atas kepalanya, kemudian ia di gergaji sampai tubuhnya terbelah menjadi dua.

Setelah itu di datangkan lah pembesar raja tadi dan juga di katakan padanya: “Kembalilah dari agamamu !!”. Ia pun tidak mau untuk murtad. Sehingga di letakkan gergaji di atas kepalanya sampai ia terbelah menjadi dua. Selanjutnya di datangkan pula sang pemuda dan dikatakan kepadanya: “Kembalilah dari agamamu”. Pemuda tersebut pun menolaknya.

Kemudian raja memerintahkan pasukannya supaya membawa pemuda itu dan berkata kepada mereka: “Pergilah kalian ke gunung itu dan bawalah pemuda ini naik ke gunung.Setelah kamu semua telah sampai di puncak, tawarkan kepadanya jika ia mau kembali dari agamanya, maka bawalah dia kembali kepadaku. Sebaliknya jika dia masih berdegil, maka lemparkanlah ia dari puncak gunung itu”. 
Kemudian mereka pergi membawa pemuda tersebut. Lalu naik ke puncak gunung seperti yang di perintahkan. Pemuda itu lalu berdo’a: “Ya Allah, cukupkanlah saya dari mereka, sesuai dengan kehendakMu”. Tiba-tiba gunung tersebut bergoncang gempa yang kuat sehingga mereka yang mengawalnya berjatuhan. Pemuda tersebut pun selamat, lalu kembali ke tempat sang raja.

Sang raja keheranan lalu bertanya kepadanya: “Apa yang telah di lakukan pengawal-pengawalku? Pemuda itu menjawab: “Allah Ta’ala telah mencukupkan saya dari keburukan mereka”. Lantas raja mengarahkan pula pasukannya yang lain, “Bawalah pemuda ini, naikkan ke dalam perahu dan bawalah ke tengah laut. Jika ia mau kembali ke agamanya yang asal, bawalah dia ke mari. Jika tidak maka lemparkan dia ke dalam laut”.

Lalu mereka membawanya pergi. Tatkala sampai di tengah laut, pemuda tersebut berdo’a: “Ya Allah, cukupkan saya dari keburukan mereka, sesuai dengan kehendakMu”. Kemudian perahu tersebut terbalik sehingga mereka semua tenggelam dan hanya pemuda tersebut seorang sahaja yang selamat. Kemudia ia datang kepada sang raja.

Sang raja lalu bertanya dengan geram: “Apa yang telah di lakukan oleh para pengawal yang membawamu ke tengah laut? Pemuda itu menjawab: “Allah Ta’ala telah menyelamatkan saya dari mereka”. Kemudian pemuda itu menyambung katanya, “Sesungguhnya engkau tidak akan mampu membunuhku, kecuali jika dirimu mau menuruti apa yang aku perintahkan padamu”. Sang raja menjawab: “Apa itu?

Pemuda yang soleh itu pun menjawab: “Kumpulkan semua orang di tanah lapang, lalu saliblah saya di atas pohon kurma, kemudian ambillah anak panah dari busurku ini, lalu letakkan di tengah-tengah busur. Kemudian sebelum engkau melepaskan anak panahku itu, ucapkanlah: “Dengan nama Allah, Rabbul Ghulam (Rabbnya anak muda)”. Lalu lepaskan anak panahnya padaku, maka kalau kamu menuruti sarananku ini, kamu pasti mampu membunuhku”.

Akhirnya sang raja pun menuruti perintahnya. Ajaiblah seorang pemuda yang beriman berjaya menundukkan seorang raja yang berkuasa mengaku dirinya Tuhan. Semua orang di kumpulkan di tempat lapang, sedangkan pemuda tersebut di salib di tengah-tengah pohon kurma. Semua rakyat berdebar-debar menanti apakah yang akan berlaku. Kemasyhuran tentang keajaiban pemuda itu sudah tersebar ke seluruh rakyat.

Maka sang raja pun mengambil anak panah dari busurnya, lantas meletakkannya di tengah-tengah untuk segera di tarik, sambil mengucapkan: “Dengan nama Allah, Rabbnya Ghulam (Tuhan pemuda ini)”. Kemudian sang raja melepaskan anak panahnya yang meluncur tepat mengenai pelipis pemuda tersebut. Dengn tenang, pemuda itu meletakkan tangannya di pelipis tadi, setelah itu ia pun meninggal.

Maka orang-orang saling berpandangan sesama mereka sambil mengatakan: “Kami beriman kepada Allah Rabbnya Ghulam“. Riuh rendah jadinya dengan suara mereka beriman dengan Allah, Tuhan yang menciptakan segalanyayang dan menjadi Tuhan kepada sipemuda itu.

Kejadian berimannya seluruh rakyat jelata itu, akhirnya disampaikan kepada sang raja. Lalu dikatakan kepadanya: “Engkau telah mendapati apa yang engkau khuatirkan. Sesungguhnya, demi Allah SWT, telah sampai waktunya apa yang engkau takuti iaitu manusia telah beriman kepada Allah Ta’ala”.

Sang raja tersangat murka mendengarnya, lalu menyuruh pasukannya untuk membuat tungku besar. Dibawahnya lebar namun mulutnya menyempit, setelah itu tungku tersebut diletakkan di atash api yang menyala-nyala. Sang raja menitahkan: “Barangsiapa yang tidak mau kembali ke agamanya yang asal, maka akan saya masukkan ke dalam tungku api ini”. Atau di katakan kepadanya: “Masukkan mereka satu persatu”.

Maka mereka semuanya di masukkan ke dalam tungku tersebut satu persatu, sehingga sampai pada giliran seorang perempuan yang mengendong anaknya yang masih menyusu. Ketika sang ibu itu merasa ragu lalu berhenti sejenak, maka ketika itulah anaknya berkata padanya: “Duhai ibuku, sabarlah, sesungguhnya engkau berada di atas jalan kebenaran”.

Hadits shahih di riwayatkan oleh Imam Muslim.

Ibnu Abbas mengatakan peristiwa ini berlaku 70 tahun sebelum kelahiran Baginda Nabi saw. Kisah masyhur dikenali sebagai Kisah Ashabul Ukhdud (Kisah Pembuat Parit) yang digambarkan Allah di dalam Surah AlBuruj. Allahu Akbar!!!

0 ulasan:

Catat Ulasan

 

Sample text

Sample Text

Sample Text