Ketika Yaman diperintah oleh keturunan Tabban yang bernama Zu Nuwas, ada seorang rahib Nasrani dari Syam meninggalkan Syam untuk berdakwah ke Afrika. Dalam perjalanan, dia diserang oleh perampok, dia ditangkap dan dijual kepada seorang lelaki dari Najran. Kemudian lelaki itu pindah ke Jazirah Arab. Nama rahib ini ialah Femeon. Karena Femeon telah menjadi hamba, disamping mengabdi dengan tuannya dia juga beribadah di waktu istirahat malah sangat kuat beribadah.
Pada satu malam majikannya masuk ke tempat Femeon dan dia melihat jasad Femeon bercahaya. Ketika ditanya, Femeon berpeluang untuk berdakwah kepada majikannya tentang agama Nasrani. Orang Najran ketika itu menyembah pohon.
Femeon bertanya, “Bagaimana kalau Tuhan aku dapat mengalahkan tuhan kamu, apakah kamu mau menyembah Tuhan aku?”
Orang Najran itu menjawab, “Kalau memang Tuhan kamu dapat mengalahkan tuhan aku, aku masuk agama kamu.”
Lalu berkumpullah orang-orang di pohon yang menjadi sembahan penduduk Najran itu. Femeon datang ke situ, dia bersembahyang dan berdoa kepada Allah agar Allah memberi hidayah kepada penduduk Najran sehingga menerima agama Tuhan. Akhirnya Allah datangkan petir membakar pohon itu. Dengan peristiwa itu, semua penduduk Najran telah memeluk agama Nasrani.
Setelah itu ada seorang lelaki dari Najran bernama Abdullah bin Tsabit dan beberapa orang pendeta Nasrani Najran pindah ke Yaman. Mereka beribadah dengan sembunyi-sembunyi di Yaman karena takut kepada penduduk Yahudi. Yaman ketika itu masih diperintah oleh Tubba’ yang bernama Zu Nuwas.
Zu Nuwas sedang mencari pengganti ahli sihirnya yang sudah tua. Dia memilih seorang remaja yang paling cerdik di negerinya untuk mewarisi ilmu sihir dari tukang sihirnya. Setiap hari Remaja pilihan raja itu pergi belajar sihir kepada tukang sihir raja yang tinggal di sebuah bukit. Di dalam perjalanan menuju ke tempat gurunya itu, dia melinyasi tempat salah seorang Pendeta dari Najran tadi. Karena sering lewat kawasan itu, dia dapat mendengar rintihan Rahib ini dalam ibadahnya. Dia pun jatuh hati mendengar rintihan dan doa Pendeta itu. Akhirnya Remaja itu belajar dengan Rahib itu.
Pada waktu itu dia masih belajar ilmu sihir dari tukang sihir raja. Kebenaran yang telah meresap dalam jiwanya telah menjadikan dia benci kepada sihir. Akhirnya dia tidak lagi pergi belajar dengan tukang sihir raja tetapi hanya pergi belajar dengan Pendeta.
Mengetahui hal itu, Tukang sihir melaporkan kepada Raja lalu Remaja itu ditangkap, diazab dan dipaksa keluar dari agama kebenaran yang dipelajarinya dari Pendeta. Remaja itu tetap dengan pendiriannya walaupun Tubba’ Zu Nuwas akan membunuhnya.
Untuk membunuhnya, pengawal raja diperintah untuk mencampakkannya ke tengah laut. Namun, ketika sampai di tengah laut, datang badai yang membuat sampan yang dinaiki terbalik. Semua pengawal raja mati tetapi Remaja itu pulang menghadap raja dengan selamat. Demikian Maha Berkuasanya Tuhan menyelamatkan hambanya yang sedang memperjuangkan kebenaran dari-Nya.
Tubba’ Zu Nuwas masih tidak puas, lalu dia memerintahkan supaya Remaja itu dicampakkan dari atas gunung. Seluruh rakyat jelata dipanggil untuk menyaksikan hukuman ini. Apabila remaja ini hendak dicampakkan dari atas gunung berlakulah gempa bumi yang amat dahsyat sehingga seluruh tentara raja yang membawanya jatuh dari atas gunung tetapi Remaja itu tetap selamat dengan izin Allah.
Remaja itu akhirnya membongkar rahasia jika Tubba’ ingin membunuhnya. Remaja itu berkata, agar dikumpulkan khalayak ramai. Tubba’ perlu mengikat Sang Remaja di sebatang pokok dan dipanah dengan anak panah kepunyaan Sang Remaja dengan menyebut, “Dengan nama Allah, Tuhan remaja ini.” Jika Tubba’ melaksanakannya barulah dia akan dapat membunuh Remaja itu.
Tubba Zu Nuwas pun langsung melaksanakannya seperti yang telah diberitahu maka maka barulah Tubba berhasil membunuh Remaja itu. Namun semua rakyat yang menyaksikan peristiwa ini berkata, “Lihatlah! Tubba Zu Nuwas dengan kekuasaan dan kegagahannya tidak dapat membunuh remaja ini melainkan dengan menyebut “Dengan nama Allah, Tuhan remaja ini!” Bagi mereka, peristiwa itu ternyata membuktikan kebenaran agama Remaja itu, lalu Allah mencampakkan keimanan ke dalam hati 20 ribu rakyat Yaman ketika itu. Berimanlah mereka dengan agama kebenaran.
Tubba Zu Nuwas benar-benar murka. Dia memerintahkan tentaranya menggali sebuah lubang yang besar dikenali sebagai Ukhdud dan dipenuhi dengan kayu bakar di dalamnya kemudian dinyalakan api yang besar. Sesiapa yang tidak mau murtad dari agama kebenaran akan dicampakkan ke dalam api itu. Al-Quran telah merekam peristiwa tragis ini dalam surah al-Buruj:
“Demi langit yang mempunyai tempat peredaran bintang-bintang. Dan Hari (Pembalasan) yang dijanjikan. Dan makhluk-makhluk yang hadir menyaksikan hari itu, serta segala keadaan yang disaksikan. Celakalah kaum yang menggali parit. (Parit) api yang penuh dengan bahan bakaran. (Mereka dilaknat) ketika mereka duduk di sekelilingnya. Sambil mereka melihat apa yang mereka lakukan kepada orang yang beriman. Dan mereka tidak marah dan menyiksa orang yang beriman itu melainkan karena orang itu beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Terpuji” (Surah al-Buruj: 1-8)
Hadis Nabi Muhammad saw juga menceritakan sebuah kisah yang menyayat hati tatkala seorang ibu dengan bayinya yang masih menyusu hendak dicampakkan ke dalam api. Si ibu merasa takut dan ragu-ragu. Hatinya bagai disayat-sayat untuk membawa si kecil bersamanya masuk ke dalam api. Allah memperlihatkan kebesaran-Nya. Bayi itu tiba-tiba berkata kepada ibunya, “Wahai ibu, janganlah takut, masuk saja ke dalam api itu. Sesungguhnya ibu sedang menuju ke syurga!”
Walaupun baru sebentar beriman namun kebenaran itu telah meresapi seluruh jiwa dan raga rakyat jelata Yaman. Mereka tidak berganjak sedikit pun walaupun akan dibakar dalam api yang menyala. Sungguh ajaib sebuah keyakinan apalagi ia adalah kebenaran. Sebanyak 20 ribu orang rakyat jelata telah syahid dibakar oleh Tubba Zu Nuwas.
Dengan kehendak Allah, ada seorang lelaki yang berhasil selamat, namanya Daus bin Tsa’labah. Dia berhasil melarikan diri kepada Qaisar Rom yang juga beragama Nasrani. Menyalalah api kemarahan Qaisar apabila mendengar perbuatan Zu Nuwas membakar penganut Nasrani di Yaman. Qaisar mengirim wakilnya kepada Najasyi Raja Habsyah yang juga beragama Nasrani karena lokasinya paling dekat dengan Yaman. Qaisar Rom memerintahkan supaya Najasi mengirim tentara memerangi Tubba’ Zu Nuwas.
Najasi yang juga marah, langsung mempersiapkan tentara sebanyak 70 ribu orang. Satu jumlah tentara yang sangat besar ketika itu malah belum pernah berlaku sebelumnya di Jazirah Arab. Tentara ini diketuai oleh seorang panglima yang bernama Aryath. Aryath dibantu oleh seorang lagi panglima Najasyi yang gagah bernama Abrahah.
Tentara Aryath telah berhasil mengalahkan tentara Tubba Zu Nuwas. Zu Nuwas melarikan diri ke laut dan akhirnya bunuh diri. Dengan itu Habsyah telah menguasai Yaman dan Najasi melantik Aryath menjadi Gubernur di Yaman. Malang, apabila Aryath menjadi Gubernur, dia bukan saja dzalim pada rakyat Yaman malah pada tentaranya sendiri. Akhirnya sebagian tentara ada yang tidak tahan lagi dengan sikap Aryath. Tentara yang tidak tahan dengan sikap aryarth dipimpin oleh Abrahah
Tentara Habsyah pecah menjadi dua kelompok. Ada yang setia menyokong Aryath dan ada yang mendukung Abrahah. Abrahah tidak ingin terjadi peperangan di kalangan sesama tentara Habsyah. Oleh karena itu, Dia telah menantang Aryath untuk bertarung satu lawan satu. Siapa yang menang dialah yang akan memerintah Yaman. Dalam pertarungan itu, Abrahah telah berhasil membunuh Aryath tetapi sebelum terbunuh Aryath sempat melibaskan pedangnya sehingga hidung Abrahah cacat. Sejak itulah Abarahah ini mendapat gelar ‘Abrahah al-Asyram’ iaitu Abrahah yang cacat hidungnya. Lalu Abrahah melantik dirinya sebagai Gubernur Yaman.
Mendengar berita ini, Najasi marah kepada Abrahah karena berani membunuh Gubernur yang dilantiknya. Najasi bersumpah akan memimpin sendiri tentaranya ke Yaman dan tidak akan kembali ke Hasyah sebelum dia dapat menginjak-injak tanah Yaman dan membotaki kepala Abrahah sebagai satu tanda penghinaan kepada Abrahah. Abrahah ketakutan karena telah durhaka kepada Najasi. Namun dengan kepintarannya dia mengirim utusannya mengadap Najasyi membawa rambutnya dan tanah Yaman. Sehelai surat ditulis kepada kepada Najasyi. “Wahai Tuanku Najasyi, ini Abrahah sudah menyempurnakan sumpah Tuanku. Ini rambut Abrahah dan ini tanah Yaman untuk Tuanku pijak-pijak. Abrahah tetap taat setia dan tunduk kepada Tuanku Najasyi.” Dengan peristiwa itu Najasyi telah membatalkan niatnya memerangi Abrahah. Demikianlah penyelesaian masalah antara Abrahah dengan Najasyi.
0 ulasan:
Catat Ulasan