Bolehkah anak yang sudah baligh menjadi wali nikah untuk ibunya?
Dalam mazhab Syafi’e, yang menjadi wali nikah untuk wanita memiliki urutan sebagai berikut:
1- Ayah, lalu datuk (bapa dari bapa), lalu ke atas.
2- Saudara laki-laki kandung, lalu saudara laki-laki sebapak, lalu anak dari saudara laki-laki (anak saudara), lalu ke bawahnya.
3- Bapa saudara kandung (saudara kandung dari bapa), lalu bapa saudara sebapa dengan bapa, lalu anak dari bapa saudara (sepupu), lalu seterusnya ke bawah.
Kemudian ‘asobah lainnya (orang yang mendapat jatah waris sisa).
Urutan dalam wali nikah, sama dengan urutan waris. Kecuali untuk datuk lebih didahulukan dari saudara laki-laki. Hal ini berbeza dalam masalah waris. Begitu pula untuk anak laki-laki, ia tidak boleh menikahkan ibunya, walau dalam masalah waris, ia mendapatkan habuan.
Imam Nawawi dalam Al Minhaj (2: 428) berkata,
وَأَحَقُّ الْأَوْلِيَاءِ أَبٌ ثُمَّ جَدٌّ ثُمَّ أَبُوهُ ثُمَّ أَخٌ لِأَبَوَيْنِ أَوْ لِأَبٍ ثُمَّ ابْنُهُ وَإِنْ سَفَلَ ثُمَّ عَمٌّ ثُمَّ سَائِرُ الْعَصَبَةِ كَالْإِرْثِ، وَيُقَدَّمُ أَخٌ لِأَبَوَيْنِ عَلَى أَخٍ لِأَبٍ فِي الْأَظْهَرِ، وَلَا يُزَوِّجُ ابْنٌ بِبُنُوَّةٍ،
“Yang berhak menjadi wali wanita adalah bapa, kemudian datuk, kemudian ke atasnya lagi. Lalu saudara laki-laki kandung atau saudara laki-laki sebapa, lalu anak dari saudara laki-laki, lalu ke bawah (anak saudara). Lalu bapa saudara (saudara ayah), lalu asobah lainnya seperti pada waris.
Saudara kandung lebih didahulukan daripada saudara sebapa. Demikian pendapat terkuat.
Lalu anak laki-laki tidaklah menjadi wali karena statusnya sebagai anak.”
Di antara dasar ulama Syafi’iyah tidak membolehkan anak menjadi wali nikah kerana hubungan anak dan ibunya bukanlah dari hasil nasab (namun dari pernikahan dengan bapa dari anak itu, barulah ada anak). Sama halnya dengan saudara laki-laki seibu tidaklah boleh menikahkan saudara perempuannya seibu kerana tidak ada nasab dari jalur bapak.
Murid Imam Asy Syafi’i iaitu Al Muzani menyalahi pendapat di atas. Al Muzani berpandangan anak yang sudah baligh boleh menjadi wali nikah ibunya. Termasuk berpendapat sebegini ialah ialah tiga ulama mazhab lainnya selain Syafi’iyah. Ertinya, majoriti ulama masih membolehkan anak yang sudah baligh (dewasa) menjadi wali nikah.
KREDIT SUMBER; RUMAISYO
0 ulasan:
Catat Ulasan